Jumat, 14 Februari 2014

Cerpen Habis Rasa Terbitlah Cinta

                                                       Habis Rasa Terbitlah Cinta

 



                                                                            Prolog

      Perasaan dan sifat kaku bisa dilawan dengan cinta.. Butuh proses panjang aku merajut dengannya.. Sifat muncul dengan aneh disetiap detik.. Tatapan yang membuat getaran dihati.. Aku tersa tertusuk pedang yang sulit kulepas.. Tapi.. Tapi ketidakrestuan akan menjadi kesakitan hati.. Penghianatan.. Akan merubah semuanya.. 
                                                                                Ω


                                                                              FIRST

Seorang gadis cantik jelita bernama Aisyah. Dia putri dari ibu Arindyah. Namun sosok gadis tersebut mempunyai sifat yang akuh, pemarah dan nakal. Namanya indahnya tersebut tak sebaik isi arti namanya. ‘’Aisyah, bangun nak sahur!” ibu membangunkan aisyah anaknya.
 “Aisyah, Aisyah..” dengan jengkel ibu membangunkan dengan suara panic.
“Aduhh, iya Bu” jawab Aisyah dengan kesal” namun Aisyah berangkat dari kamar tidurnya bukan untuk makan, namun keluar rumah untuk memainkan petasan. “astaqfirullahhaladim Aisyah” dengan mengelus dada.
                                                                              Ω

 Aisyah membuat keributan didepan rumah tetangganya dengan petasan tersebut. Dia dengan temannya malah membuat onar dengan terus memainkannya.
“Siapa ini yang membuat ribut” Encing mencari siapa yang melempar petasan didepan rumahnya. Aisayah dan teman-temnanya pun mengumpat dibelkang pagar ruah Encing.
“Grubyak!” ternyata aisyah terjatuh dan Encing menetahuinya. “Terynta kamu Aisyah, ibu gak segan-segan memberitahu ibu kamu!”
“Masak main petasan didepan rumah orang” bikin berisik Bu!
 “Ya, maafin kesalahan anak saya Encing?” “Lain kali jangan sampai terulang kejadian itu lagi!” “Iya Bu, saya akan usahain!”
                                                                    Ω

           Keesokan harinya.. Aisyah meminum es Jeruk di warung, dengan kakinya diangkat diatas meja. “astaqfirullah haladhim, emang anak bandel tidak bisa berubah” kata Encing lewat dengan membawa belanjaan. “kenapa Bu? Syirik” “kamu uda besar Aisyah, kenapa tidak puasa?”
 “Uda Bu, Jangan bikin ribut denganya.” Sahut Ridho anak Encing.
“uda udah jangan sok baik loe sama aku”
“oke, yaudah Bu. Ayo pulang!” Aisyah bingung, kenapa Ridho mau baik dengannya. Dengan menjilat ice cream.
“ihh, kak Aisya uda besar enggak puasa, liat aku masih kecil uda puasa!”
 “kenapa loe ikut campur! Masih kecil ikut campur”
“ihh, uda besar marahan!” “Swingg..” ice cream terlempar dari tangan Aisyah” Namun ice cream tersebut mengenai Pak Samin yang sedang mengendarai sepeda. “Aisyah pun lari”
 “woy, dasar anak nakal uda tau ada orang main sambet aja” “maaf pak” Pak Samin mengejar Aisyah dengan cepat.
“tolong Pak, maafin temen saya” mungkin tak sengaja” selat Ridho.
“tolong bilangin temen adek, suruh hati-hati!”
“iya Pak, maaf”
“kenapa loe, sok baik sama aku”
“uda ditolongin sebaiknya kamu terimah kasih padaku”
“ihh”
                                                                                   Ω

                   Aisyah berjalan pulang dan tak menghiraukannya. Apa yang kurasakan ya? Kenapa teringat Ridho melulu. Dalam hati Aisyah. Bunyi bergetar dari balik handphone milik Aisyah, ternyata sms dari Ridho. Aku tunggu di depan masjid ISTIQLAL ! Aisyah pun bingung melihat seuntai kalimat dari Ridho. Dengan bingung Aisyah menemuinya. “Ada apa loh, nyuruh gue kesini?” Tanya Aisya. Gini gue mau “ngajak loe shalat bareng.” Jawab Ridho.
 “aku akan mengajari kamu shalat, Aisyah”.
“tapi,..” “iya gapapa”.
“Perempuan itu lebih baik menutup auratnya dengan berkerudung. Jadi kamu belajarlah memakai kerudung ya Aisyah!”
                                                                                Ω

                       Sepulang dari masjid, Aisyah sangat senang. Entah rasanya seperti terbang keawan. Aisyah memuka alamari ibunya. Ia mengambil beberapa kerudung milik ibunya. Namun ia sama sekali tidak bisa memakainya. Dilihat dari samping kamarnya, ibunya melihat Aisyah memakai kerudung yang terbalik.
“alhamdulilah, anak ibu mau berhijab” “hehehe, kan Aisyah pingin seperti Ibu?”
 “Gara-gara apa ya anak ibu jadi begini, apakah Ridho..?”
 “ih, ibu ini apaan sih? Bu Aisyah apa tidak pantas memakai kerudung?”
“oh.. tidak dong. Anak ibu lebih cantik memakai kerudung”.
 “makasih ibu..”
                                                                                 Ω

                        Saat Aisyah berjalan di took semua warga dengan heran melihat tingkah laku Aisyah yang berubah.
“Eh, kesambet apa loh Syah jadi begiini?” Tanya Ardi teman geng Aisyah.
“uda, diem loe. Aku enggak mau lagi berteman sama loe”.
“Aisyah..” Tanya Ridho.
“Eh Ridho, ada apa”?
“oohh, jadi ini biang kerok yang menjadikan kamu berubah:
 “udahh, stop Di, jangan kau ucap Ridho sebagai biang kerok! Ayo pergi Dho dari sini”

 Sejak Aisyah kenal Ridho, Aisyah menjadi wanita yang salihah. Ia selalu shalat, mengaji, tidak membantah orangtuanya.

                                                                      TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar